News & Research

Reader

Pagi Ini Melemah 0,21%, Tapi Rupiah Punya Kans Berbalik Menguat Didukung 2 Faktor Ini
Tuesday, May 07, 2024       09:32 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah masih berpeluang menguat terbatas terhadap dolar hari ini, setelah data ketenagakerjaan Amerika Serikat bulan April 2024 yang melambat serta data pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal I 2024 yang masih bagus.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (7/5) pukul 09.26 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan di level Rp16.058 per dolar AS, melemah 32 poin atau 0,21% dibandingkan Senin sore (6/5) di level Rp16.026 per dolar AS.
"Kami melihat kurs rupiah akan bergerak ke kisaran Rp15.975 - Rp16.133 per dolar AS pada perdagangan hari ini," kata Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk ( BMRI ), Reny Eka Putri dalam keterangan tertulis, pagi ini.
Pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sentiment eksternal dari sektor tenaga kerja AS, penambahan nonfarm payrolls bulan April tercatat sebesar 175.000, lebih rendah dari 315.000 pada Maret dan juga konsensus pasar sebesar 243.000. Tingkat pengangguran AS tercatat meningkat menjadi sebesar 3,9% pada April, dari 3,8% pada Maret. Kemudian, data PMI Services AS juga di luar ekspektasi mengalami kontraksi ke level 49,4 pada April, kontraksi pertama sejak tahun 2022.
"Data-data terkini ini berimplikasi pada market dengan penurunan imbal hasil obligasi AS ke 4,5% dan indeks dolar) (DXY) turun ke 104 - 105," ujar Reny.
Dari domestik, pelaku pasar diprediksi mengapresiasi rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia 1Q2024 oleh BPS Senin kemarin yang masih tumbuh sebesar 5,11%. Pekan lalu, inflasi domestik juga dirilis terkendali setealh harga-harga konsumen kembali stabil pasca Ramadhan dan Lebaran.
"Perkembangan domestik ini juga diharapkan dapat menjadi sentimen bagi rupiah pada perdagangan hari ini," tambah Reny.
Namun langkah The Federal Reserve yang mempertahankan Fed Funds Rate (FFR) di 5,25% - 5,5%, bertahan sejak enam meeting terakhir diprediksi membatasi penguatan kurs rupiah. Keputusan ini mempertimbangkan ekonomi AS yang masih cukup tangguh meskipun suku bunga tinggi, dengan pasar tenaga kerja yang mengetat, tingkat pengangguran tetap rendah (di bawah 4%), dan inflasi yang sulit turun menuju target 2%.
"Data terakhir menunjukkan inflasi AS masih sebesar 3,5% di Maret," jelas Reny.
Namun pelaku pasar setidaknya sedikit lega karena The Fed menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga acuannya lagi. "Hanya saja the Fed memang masih menunggu waktu yang tepat dan perkembangan data-data yang lengkap sebelum memutuskan untuk menurunkan FFR," pungkas Reny.(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM